Jumat, 18 Juni 2010

Kontroversi Penegakan Hukum di Indonesia




Hukum, saat ini menjadi sebuah fenomena besar dalam lingkup nasional Indonesia. Dari seluruh pelosok dapat kita saksikan antusiasme masyarakat membicarakan hal ini. Tidak siang ataupun malam, semuanya sedang asyik menengadahkan pemikiran mengenai hal pelik yang sedang terjadi di Nusantara ini. Tak dapat dipungkiri, kenyataannya saat ini begitu banyak persoalan yang membuat beribu pertanyaan di tiap sudut otak rakyat Indonesia. Belum ada taraf penyelesaian yang mampu menyentuhnya secara keseluruhan, namun tidak sedikit pula solusi yang telah muncul selama bergulirnya beberapa kasus belakangan ini.

Masih begitu jelas dalam ingatan kita, kasus Bank Century yang hingga saat ini solusinya semakin berlarut-larut hingga gaungan suara-suara wakil rakyat seakan telah parau meneriakkan simpatinya terhadap kasus ini. Beberapa waktu lalu, “SD” pun menjadi populer akibat perkataannya yang menjadi kontroversi dan mengakibatkan adanya gesekan perdebatan antara pihak Kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dari sini kemudian dapat dilihat bahwa hukum yang telah diupayakan sedemikian rupa agar terlihat sempurna dan mampu mengakomodir segala urusan dalam Negara beserta rakyatnya, malah membuat ricuh para penegak hukum itu sendiri. Lalu kepada siapa masyarakat harus mengadukan keluhannya, sedangkan yang akan mengayomi saja belum jelas moral dan perilakunya.

Terlalu banyak dinding kekuasaan yang terkotori oleh puing kemunafikan. Begitu kira-kira yang terkuak saat ini. Bentuk penegak hukum yang tidak sesuai dengan jernihnya kode etik yang senantiasa digemakan kepada mereka yang begitu bangga akan atribut-atribut di lengan dan bahunya. Ironis memang, tapi kata tidak lagi berguna ketika panah keganasan dimunculkan untuk melindungi kekuasaan yang lebih mencerminkan pengungkungan terhadap kantung-kantung kecil yang menderita di bumi pertiwi ini. Akankah semuanya berlarut dalam keniscayaan dan tidak dapat lagi tersentuh oleh tiang penegakan yang sesungguhnya? Semakin menimbulkan pembantaian kalimat yang seakan tidak pernah berujung.

Moral dan Keadilan tidak lagi sejalan. Sisinya kini menopang pada dua arah yang berlawanan. Bahkan yang lebih parah, justru menciptakan kelimpungan yang semakin sulit ditemukan ahli penawarnya. Simbol kebenaran justru dianggap menjadi busur penghalang bagi tegaknya suatu kepentingan. Dalam jiwa yang semakin luntur rasa dan pikirnya, hanya ditemukan nafsu bukan lagi kemuliaan ataupun keluhuran.

Penguatan pemahaman tentang hukum dan seluruh isi peraturan perundang-undangan sering menjadi tolak ukur bagi sistem pendidikan hukum di Indonesia. Tapi sistem ini malah mengenyampingkan persoalan-persoalan vital yang lebih berarah kepada perbaikan moral dan perilaku. Padahal sebenarnya, yang menjadi inti dari seluruh substansi hukum, agar secara keseluruhan sistem berjalan secara prosedural dan tercapai secara substansial. Namun jika yang terjadi sekarang malah berbanding terbalik dengan harapan itu, apakah sistem yang memang sejak awal berjalan lebih patut disalahkan, ataukah harus memandang kepada kebobrokan penegaknya yang kurang menjunjung etika profesi yang selalu diagung-agungkan?

Solusi yang seringkali menjadi penengah saat terjadi perselisihan, yakni menciptakan aturan baru untuk menanggalkan aturan lama yang ternyata tidak berjalan efektif dan serta merta menimbulkan banyak problema. Tentu hal tersebut diharapkan menjadi penyelesaian yang baik demi terciptanya tertib hukum dan aturan, namun yang terjadi seiring diterapkannya aturan baru itu malah semakin meningkatkan tingkat pelanggaran terhadapnya. Para penegak hukum semakin mempunyai kelonggaran menggunakan kekuasaannya untuk menyalahgunakan kewenangan yang telah lebih awal diberikan kepadanya.

Yang perlu diingat, yakni hukum bukan sekedar tulisan yang tercantum dalam lembaran Negara atau Kitab Undang-undang, namun lebih dari itu hukum merupakan sebuah penerapan aksi demi terwujudnya suatu sistem yang berlandaskan keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Jika kita hanya bercermin pada aturan yang berlaku tanpa memandang penuh kepada nilai-nilai yang ada di masyarakat, seakan-akan kehidupan yang berlaku di masyarakat itu tidak mempunyai andil dalam pembangunan hukum itu sendiri, padahal secara keseluruhan masyarakat mau tidak mau adalah bagian pokok dari hukum itu sendiri. Tanpa kita sadari, mungkin saja terdapat banyak produk hukum yang tidak sesuai dengan keinginan dan hasrat masyarakat. Inilah yang sedikit banyak menimbulkan pergeseran pemahaman, bahwa masyarakat yang tidak mau tunduk terhadap hukum yang dibuat pemerintah, padahal yang terjadi adalah produk hukum pemerintah sendiri yang kurang bersinergi dengan keadaan masyarakat.

Oleh karena itu, perlu kiranya kita menimbang kembali apa yang perlu dibenahi dalam penerapan sistem hukum di Indonesia saat ini. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa kemampuan masyarakat kini dalam mengkritisi sebuah kebijakan adalah sangat tajam, yang akhirnya memunculkan aroma kebinasaan kekuasaan di mata masyarakat itu sendiri. Kekhawatiran yang timbul, bukan hanya pada bagian substansi ataupun struktur hukum, tapi juga budaya hukum yang senantiasa tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat dari dulu hingga sekarang. Maka, hukum yang komunikatif dari segi substansi, struktur dan budaya perlu ditanamkan agar tidak menjadi boomerang bagi pelaksanaannya sendiri. Jangan sampai substansi yang dihasilkan hanya berkiblat pada keluwesan penegak hukum dalam menjerat kekuasaan tanpa memperhatikan keberadaan budaya hukum yang tumbuh dan hidup di masyarakat serta nantinya tidak menimbulkan profokatif hukum antara ketiga unsur sistem hukum tersebut.

Jumat, 11 Juni 2010

-Note Of Memory-


Jauh....kenangan itu tlah tertinggal,
dalam benak sang dilema....yang saat itu masih belum dapat ku mengerti...
peluk lingkar peluh...menemani waktu yang tek kunjung kan terganti dalam kisah perting hari itu..
mungkin aku, kau, dia dan mereka tak pernah kan lupa kala itu...
kala kesenangan menghampiri....
kala teriak riang dan bahagia memekakkan ujung telinga,
tidak juga menyadarkan kita bahwa hari ini kita telah beranjak semakin jauuuuuhhh....
jauuuuhhhh kawan...
dari kenangan itu...

tiap detik dalam hidup kita telah meneriakkan arti kebersamaan sesungguhnya...
tanpa kau, dia dan mereka munkin kini ku hanya bisa terus bertanya-tanya apa makna semua itu...???

mungkin sampai nanti kita
tak kan pernah menyadari
jika hal-hal yang berharga seperti inilah yang kan menyatukan kita kelak...

cerita ini mungkin berakhir dalam kenyataan....tapi akan berlanjut dalam kedewasaan kita di masa depan...

mungkin ada yang menganggap kisah ini hanya sekedar lelucon kosong belaka...
tapi ini ku anggap lebih bermakna sebagai tumpuan dan pondasi kuatku
tuk melangkahkan kaki ke pintu terdepan...
namun tentunya tidak sendiri...
kan ku ajak serta KALIAN dalam tiap hembusan nafasku,,,
karena kalian yang mengajariku sebagian besar arti hidup ini....

Bernostalgia...[Co-pas dari blog terdahulu]

-Ku Tulis Bait Ini Bersama Sang Hujan-


Lirih aku mengingatnya

Perkenalan itu...

Kebersamaan itu...

Keceriaan itu...

Hingga duka yang masih menemani

Ungkapan ini hanyalah segores batin...

Luapannya biarlah mendalam sendiri tanpa sadar

Mungkin dahulu tak terpatri di pikirku

Kau akan menjawab Kuasa Tuhan secepat ini

Seiring jalan yang ditapaki bersama,

Yang kau tinggalkan...

Hanya jejak sempurna dan terukir indah

Jujurku mungkin sekedar membungkam

Seribu canda yang terlewati,

Berjuta kecewa yang sempat kau curah,

Entah itu padaku,padanya atau pada mereka...

Tak pernah ada yang tahu

Engkau bukanlah segelintir angin,

Yang dapat ku tinggalkan....

Lalu dilupakan begitu saja

Engkau begitu berharga...

Dan tak kan tergantikan...

Baik itu bagiku...

Bagi dia...

Dan bagi mereka...

Riang itu....

Masih sering menyeruak di telingaku

Ceria itu...

Masih sanggup menyelimuti hari-hariku

Karena aku pun mengerti,

kenangan itu pasti kau bawa

bersama semerbak ketenangan dunia barumu...disana


[by DianCicak]

*Manusia Ajaib di Dunia*


Ella Harper – Gadis Unta

Inilah tulisan pitch card dari Ella Harper. Pitch card tuh iklan buat attraksi pertunjukkan.“Saya dipanggil gadis unta karena lutut saya menghadap belakang. Saya bisa berjalan dengan tangan dan kaki saya seperti yang Anda lihat di gambar. Saya telah berpergian untuk pertunjukkan selama empat tahun dan sekarang, tahun 1886 dan saya memutuskan berhenti dan pergi ke sekolah dan mencari kegiatan baru”


Joseph Merrick – Manusia Gajah

Lahir tahun 1862, Joseph Merrick memiliki kelainan fisik yaitu daun telinganya tumbuh sangat besar ketika dia berumur lima tahun. Dia ikut sebuah pertunjukkan di tahun 1884, di sana dia diperlakukan dengan baik dan mendapat banyak uang. Seorang dokter pengunjung melihatnya dan berencana mengubah hidupnya. Sekarang diketahui Joseph Merrick sebenernya dia menderita sindrom Proteus dan bukan elephantiasis yang seperti yang dikira. Merrick meninggal di umur 27 karena mati lemas saat tidur.



Juan Baptista dos Santos – Pria dengan Dua penis

Jean (atau Juan) Baptista dos Santos dikatakan telah menjadi seorang “Gipsey”, lahir di Faro, Portugal di 1843. dari suami-istri normal dengan dua anak normal lainnya. Karirnya di pertunjukkan diawasi oleh tim medis. Tahun 1865, dia menghasilkan 200.00 franc untuk tampil dengan sirkus di Perancis selama dua tahun. Dia memiliki dua penis yang berfungsi dam tiga scrota, dua bagian yang punya satu testis. Dos Santos mengatakan dulunya dalam scrotum tengahnya juga juga terdapat sepasang testis, tapi sekarang telah menyatu dengan peruts saat dia berumur sepuluh tahun.


Lionel – Bocah Berwajah Singa

Stephan Bibrowsky lahir di Ploandia tahun 1890 dari orang tua yang normal. Dia menderita hypertrichosis, kelainan genetik yang jarang terjadi yang menutupi seluruh tubuh dengan bulu. Hanya ada sekitar 50 kasus dari kelainan ini yang diketahui sejak abad pertengahan. Dalam kasus Lionel, rambut sepanjang enam inci menutupi badannya. Dia ditemukan oleh seorang dari Jerman bernama Meyer saat dia empat tahun dan menjadi terkenal di Eropa dimana dia mendapat julukan manusia berwajah singa. Beda jauh sama binatang tentunya, dia pakai baju dan gaul dengan lima bahasa yang dia kuasai.



Mademoiselle Gabrielle – Wanita Setengah

Lahir di Basle, Switzerland, tahun 1884, Gabrielle Fuller pertama kalo ikut sirkus di Paris Exposition tahun 1900. Dia melakukan perjalanan dengan Ringling Brothers Circus tampil di pertunjukkan Dreamland Coney Island. Dia menikah dua kali, yang pertama dengan John de Fuller. Dia punya badan atas yang sempurna yang berakhir di pinggang.


Myrtle Corbin – Wanita Berkaki Empat

Josephine Myrtle Corbin lahir di Lincoln Country, Tennesee tahun 1868. Dia lahir dipygus, punya dua panggul terpusah bersebelahan dari pinggang. Kaki tambahan ini adalah bagian dari kembarannya yang nggak terpisah dengan benar, kayak Frank Lentini yang punya tiga kaki. Setiap kaki kecilnya sepasang dengan kaki yang besar, Dia mengatakan bisa menggerakan kali kecilnya, tapi nggak cukup kuat buat berjalan. Dia punga empat putri dan satu putra.



Mme. Clofullia – Wanita Berjanggut

Madame Clofullia lahir dengan nama Josephine Boisdechene di Switzerland. Kata orang, dia lahir dengan tubuh berambut dan punya janggut seteba; 2 inci di umur delapan. Di umur delapan, dia mulai melakukan tur di Eropa bersama ayahnya. Di Paris, dia bertemu pelukis Fortube Clofullia dan lalu menikah dengannya. Dia menjadi terkenal karena menunjukkan janggutnya saat meniru punya Napoleon III. Lalu, penguasa daerah itu memberinya permata yang sangat besar.


Mary Ann Bevan – Wanita Terjelek

Mary Ann Webster lahir di London, Inggris tahun 1874,dengan tujuh saudara. Saat muda, dia bekerja sebagai perawat dan tahun 1903 menikah dengan seorang penjual sayuran, Thomas Bevan. Tidak lama setelah menikah, Mary Ann mulai memperlihatkan gejala acromegaly, pembesaran karena pertumbuhan abnormal dan kelainan fungsi di wajah, seperti sakit kepala, penglihatan kabur dan sakit otot dan sendi. Dia punya empat anak sebelum Thomas meninggal tahun 1914.

Martin Laurello – Manusia Burung Hantu

Pira bernama Martin Laurello ini lahir dengan nama Martin Emmerling di Nuremburg, Jerman tahun 1886. Dia mulai berakting di Eropa saat berumur 20an dan berlanjut ke Amerika tahun 1921. Dia tampil beberapa kali di Coney Island dan bekerja juga untuk Ringling Bros, pertunjukkan Barnum & Baileys. Dia juga bekerja untuk Royal American Shows milik Dick Best dan akhir tahun 19945 tampil dengan Ripley dengan “Popeye Perry” dan “Junior Stiles”, bocah lobster berumur tujuh tahun.

Wang – Manusia Unicorn

Tahun 1930, seorang petani Cina dari Mancgukuo bertemu dengan seorang bankir Rusia. Orang Rusia itu mengambil gambar si petani dan mengirimkan fotonya ke Robert Ripley dari acara ‘Believe It Or Not’. Diketahui sebagai Wang, atau terkadang dipanggil Weng, petani ini sebenernya bertubuh normal, kecuali tanduk sepanjang 14 inci yang tumbuh dari belakang kepalanya. Ripley menawarkan uang yang banyak buat siapa saja yang bisa membawanya tampil di Odditorium. Namun, Wang menghilang dari publik di awal 1930an dan nggak pernah terdengar lagi kabarnya.




Euforia Piala Dunia 2010


ManiakBola – Meski pesta olah raga ini baru akan digelar medio Juni tahun depan, tapi demam sepak bola ini akan mulai terasa sejak Desember 2009 ini.Pesta olahraga ”2010 FIFA World Cup South AfricaTM ” akan digelar di 9 kota di Afrika Selatan, dari Tanggal 11 Juni sampai 11 Juli 2010.Ini adalah pertama kalinya Afrika menjadi tuan rumah dari sebuah acara Piala Dunia ternama yang merupakan salah satu yang terbesar dan yang paling dinantikan pencinta bola di seluruh dunia.EC Entertainment merupakan an exclusive authorized sub-licensee Fédération Internationale de Football Association (FIFA) sebagai satu-satunya pemegang lisensi hak siar “2010 FIFA World Cup South AfricaTM” di Indonesia melalui media terrestrial televisi, transmisi cable dan satellite serta radio berikut segala hak dan privilege yang timbul dari penunjukkan tersebut termasuk namun tidak terbatas pada hak penggunaan nama, logo maupun image ”2010 FIFA World Cup South AfricaTM” dan FIFA serta semua aktivitas yang berkaitan dengan penayangan “2010 FIFA World Cup South AfricaTM”.EC Entertainment juga memiliki hak untuk bekerjasama dengan seluruh pihak ketiga baik pihak stasiun televisi, sponsor, media partner dan pihak ketiga lainnya yang tertarik untuk bergabung dalam penyelenggaraan salah satu acara terbesar dunia ini.

Ditunjuknya EC Entertainment untuk menangani FIFA World Cup 2010 di Indonesia berarti akses resmi untuk penggunaan logo, nama, simbol, figure, emblem dalam dimensi apapun dari “2010 FIFA World Cup South AfricaTM” dan FIFA berikut mascot “2010 FIFA World Cup South AfricaTM” serta logo, nama, simbol, figure, emblem yang dimiliki oleh FIFA maupun seluruhnya dipegang oleh EC Entertainment.Pihak ketiga mana pun dilarang menggunakan hal-hal tersebut di atas dalam bentuk apapun untuk kegiatan apapun tanpa sepengetahuan dan izin dari kami EC Entertainment.

‘The FIFA World Cup Final Draw’ akan menjadi acara pembuka RCTI dan GlobalTV dari serangkaian program acara yang dikemas secara kreatif sebagai pengantar dimulainya “2010 FIFA World Cup South AfricaTM” pada bulan Juni 2010 nanti.Program TV ‘The 2010 FIFA World Cup Final Draw’ sendiri akan diawali dengan sebuah acara hiburan yang menghadirkan band-band ternama milik Indonesia seperti Nidji, Changcutters, ST12, Gigi dan juga pesulap top Mr. Limbad.Acara selanjutnya adalah sebuah Reality Show dengan tema mencari host/komentator lokal untuk membawa acara FIFA World Cup 2010 di GlobalTV, yang diselingi dengan klip-klip dengan beragam konten, termasuk highlight dari ‘Momen-Momen Emas’ FIFA World Cup yang akan ditayangkan RCTI dan GlobalTV mulai Desember 2009 hingga Mei 2010.

Selain itu, acara hiburan dan musik ‘Dahsyat’-nya yang sudah terkenal di seluruh penjuru negeri untuk mensosialisasikan pesta olahraga akbar ini dan menarik minat penonton yang bukan penggemar sepakbola, setiap bulannya mulai Januari 2010 hingga Mei 2010.‘Dahsyat’ akan mengadakan sebuah variety show istimewa berdurasi 3 jam yang berjudul “Dahsyat – FIFA World Cup” . Sebelum puncak pertandingan tahun 2010 dimulai, pada akhir Maret hingga awal Juni 2010 akan menayangkan acara Final dari pertandingan FIFA World Cup tahun 1996-2006.

GlobalTV tak mau kalah dalam menciptakan demam bola dengan menayangkan pertandingan-pertandingan ‘FIFA World Cup Classic Matches’. Perjalanan 32 team yang berpartisipasi dalam FIFA World Cup 2010 ini akan dihadirkan untuk penonton dalam ‘Road to 2010 FIFA World Cup’, sebuah acara mingguan berdurasi 1 jam yang dimulai pada bulan April hingga akhir Mei 2010. Upacara Pembukaan 2010 FIFA World Cup, tanggal 11 Juni 2010, akan tayang langsung (LIVE) bagi seluruh pemirsa di Indonesia pada jam tayang primetime, yang kemudian diikuti dengan penayangan langsung Pertandingan Pembuka di kedua stasiun televisi itu secara bersamaan.

Selanjutnya pada tahap pembagian grup, RCTI akan menayangkan 29 pertandingan secara LIVE dan GlobalTV akan menayangkan 18 pertandingan. 12 pertandingan seru dari ‘round-of-16’ akan ditayangkan di RCTI.Pertandingan Semifinal dan Final akan tayang langsung bersamaan di kedua stasiun TV. Selama periode ini berlangsung, RCTI dan GlobalTV juga akan memberikan 81 pertandingan reruns, episode-episode khusus ‘2010 FIFA World Cup Highlights’ sepanjang 30 menit selama sebulan penuh dan 2 episode spesial ‘Road to 2010 FIFA World Cup Finals’ menjelang pertandingan Final.

Acara FIFA lainnya seperti pertandingan pilihan dari FIFA U-17 World Cup, FIFA Beach Soccer World Cup 2009 dan 2010, FIFA U-17 dan U-20 Women World Cup juga akan dihadirkan di Global TV . Di samping itu, RCTI dan GlobalTV akan mendukung penuh FIFA World Cup 2010 dengan serangkaian acara promosi off-air yang akan digelar di kafe-kafe dan pusat perbelanjaan (mall) ternama serta kampus-kampus di kota-kota besar di Indonesia.(*)

Sumber : http://www.maniakbola.com/demam-2010-fifa-world-cup-south-afric


Kamis, 27 Mei 2010

*Misteri Masa Depan*


Benteng Selayar, 30 Desember 2009

Bualan itu kembali menghantui ditiap saat, seperti gurita yang siap menggenggam dengan tentakel liarnya. Tiap kali ku mulai terlelap dengan mimpi yang menguak di istana khayal, ia datang menerobos pintu ketenanganku. Ah, sungguh malang nasib kereta kehidupanku, yang harus melayani kecerobohan bualan itu tanpa henti. Kapan titik nadirnya mencapai puncak? Agar tak meniadakan mimpi-mimpiku lagi di tiap malam. Keinginanku untuk menghapusnya sungguh telah menjadi paradigma baru, seakan menerawang dalam suasana hampa yang tak ada arah tujuan. Sampai kapan harus begini terus?

Cerobong uap yang bertengger manis dengan bau yang menyengat, mungkin hal ini pantas disematkan bagi sebagian orang-orang yang hanya memenuhi bibirnya oleh belatung-belatung fitnah. Dengan beribu kiasan, seolah siap menerkam dunia tanpa peduli akan segala yang terjadi di hadapannya.

“Kau Pengkhianat!!!”, seperti itulah gumam yang bersuara dihatiku. Tapi tak juga dapat keluar menjadi perisai untuk khianat-khianat diluar sana. Ironi berkecamuk memperlihatkan seluruh kebengisan yang terekam dikamera matanya. Kapan Kegundahan itu akan meledak dan dengan sendirinya melayang untuk menghancurkan seluruh kutu busuk yang telah bermandikan mahkota-mahkota emas di pusat kemeriahan kota.

Jika sempat meneropong kembali pada jejak sebelumnya, sungguh tak pernah terpikirkan olehku bahwa peristiwa ini akan ikut mewarnai perjalanan citaku. Jiwaku mungkin akan teriak dahulu sebelum mengambil langkah baru yang jejaknya tak tentu seperti ini. Memusingkan dan justru membuat para insan penghuni dunia bingung dengan lidah yang menjulur seakan siap disuap dengan pepatah-pepatah bohong dari pembual itu. Bingung dengan yang dipaparkan atau bingung harus memilih yang dipersalahkan atau yang dibenarkan? Hal ini tak kan ada habisnya, jika mata, lidah dan tulang hanya bertuankan setumpuk neraca berisi uang emas. Menyedihkan, kusambit kata ini dari sebuah kamus lalu menitikkannya pada peristiwa itu.

Mungkin surga-surga dalam jiwa suci hanya dapat berteriak mengikuti isi puisi salah satu penyair,
Aku
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
.......
(Chairil Anwar)

Begitulah seterusnya hingga jaman meneggelamkan dan menghabisinya.

Suntuk mulai menggerayuti tiap detik hidupku. Sepi itu kian melanda dan tak ku temukan ahli untuk menyembuhkannya. Bisa saja ia pergi tanpa ku ketahui sebelumnya dan tanpa dapat ku perkirakan waktunya, namun dari situlah dapat ku mulai sampul baru hidup dengan lebih tenang. Semuanya hanya sebuah “mungkin”, untuk keadaan menggantung seperti ini. Berandai-andai menjadi keahlian yang baru dan dapat dikatakan manjur untuk segelintir pernik perbaikan jiwa , jiwa yang mulai rapuh dan perkokohannya tak lagi dapat bertahan dengan laju yang begitu sempurna cepatnya.

Kemana puing sederhana itu disembunyikan? Mungkinkah dibalik jubah kemunafikan yang dilapisi gembok perunggu sehingga tak dapat tembus dengan beribu lirikan halus? Ataukah malah hanya berkeliaran dan tak menemukan jalur kembali kemudian tak dapat teriak karena todongan pisau bening telah siap menancap dalam darah murninya?

“Ah, mana mungkin seperti itu?”, sanggah seseorang dari balik kepungan kabut hitam pekat.

Aku tersentak kaget mendengarnya.

“Bisa saja”, sahutku tak kalah yakin.
“Memangnya alasan apa yang membuatnya begitu nekad menerawang sendiri tanpa tujuan yang pasti? Atau kalian yang terlalu bodoh membiarkannya mencari jalur itu sendiri?”, suara itu semakin meninggi.

“Memangnya kau siapa? Berani meneriakkan kata demi kata hanya untuk menyalahkan kegundahan kami. Kau kah orang yang selama ini menertawakan kami karena keluguan kami yang lebih menampakkan kebodohan? Kau kah yang sekian waktu berempati kepada kami lalu kau lempari dengan segerombolan hina tusukan jarum jahatmu?”, sanggahku lebih keras.

Dia terdiam.

Jika saja kalimat yang kulemparkan itu benar adanya, mungkin dia sementara mengernyitkan dahi untuk membalasnya. Atau malah menghilangkan diri seketika juga untuk menghindar dari petuah-petuah yang siap kuluncurkan agar ia berang. Sempat terbersit tawa kecil dalam hatiku, tapi itu tak lama.

“Tak sadar kah kau meneriakkan keji itu padaku? Kau sungguh ironis menyebutku sebagai seorang yang siap berempati dalam seluruh ketidakberdayaan kaummu. Tidakkah kalian berpikir jika akulah insan yang bersedia menolong demi kemasyhuran potongan-potongan ladangmu yang mulai mengering?”, sahutnya membuatku tersentak lagi.

Aku diam, tak banyak lagi kata yang terangkai dalam benakku untuk menyambut kalimatnya yang terakhir tadi. Hanya gumamku yang bertanya-tanya akan ketulusan yang ia tawarkan.

“Aku tak berhak menjawab semua yang kau ucapkan. Aku tak punya kuasa mendalilkan segala yang kau harap. Aku pun tak tau apakah niatmu itu setulus salju yang mendinginkan ataukah hanya seperti hangatnya bubur bayi yang mudah hilang setelah ditiup dengan sepercik angin mendayu?”, tanyaku ingin memastikan gumamku tadi.

“Kaumku tak kan bersedia dengan menjilat sesuatu yang menghambakan mereka di tanah mereka. Ini kugaungkan padamu, karena kami juga tak serendah yang kau pikirkan. Kami punya harga diri dan harga diri kami tak kan bisa kau beli dengan segepok emas yang kau gantungkan dileher bajumu”, lanjutku kemudian.

“Kalian masih berlagak sok suci. Padahal hanya dengan sedikit pertolonganku, kau dan kaummu akan berhak menjalani seluruhnya tanpa perlu memetik kegundahan dan kegelisahan lagi”, bantahnya.

“Bagaimana kami bisa yakin dengan teriakan yang hanya bisa menggemakan suaranya dibalik kabut? Tak jelas wujudmu dan tak keliatan asalmu. Sebenarnya kau itu siapa? Sepertinya kau mengenal kami lebih jauh dari yang kami sangka. Apakah kau telah mengintai kehidupan kami selama berpuluh-puluh tahun? Tunjukkan dahulu ragamu agar bisa kami pertimbangkan yang kau maksudkan dalam kucuran kalimatmu tadi”, aku mulai sedikit menantangnya.

Tak terdengar suara lagi. Hanya bau yang menyengat dari tong sampah tak jauh dari bayanganku menengadah kini. Semakin lama aku menunggu, namun tak juga ada sahutan yang menyambut tawaranku tadi.

“Bagaimana? Kau tak keberatan bukan?”, tanyaku disaksikan dinding lorong yang begitu pengap dan gelap.

“Kau tidak perlu mengetahui wujudku. Kau dan kaummu hanya perlu bantuan, bukan? Jadi tak ada salahnya aku menolak sesuatu yang menurutku hanya membuang sisihan waktuku untuk lebih lama disini”, jawabnya dengan nada sedikit congkak.

“Kalau begitu, kami tak akan menerima yang kau tawarkan. Karena hanya membuat kami merasa berada dalam naungan seseorang yang tak jelas fisik dan kelakuannya. Bisa saja kau yang tak kami kenal sekarang, tiba-tiba suatu saat menusuk kami dari belakang dan seketika menghilang kemudian tak pernah kembali lagi setelah mengambil semua yang kami punya. Sudah segudang rayuan yang kami dengar untuk memperbaiki nasib kaum kami, tapi ujung-ujungnya hanya meninggalkan jejak buruk bagi titian benang kehidupan kami. Apalagi tadi kau sempat meneriakkan kepada kami slogan-slogan yang begitu menuduh tindakan ceroboh kami selama ini, yang hanya membiarkan kaki seorang buta meninggalkan tempatnya untuk mencari jalur kehidupan dimana kebenaran itu terlahir”,sahutku.

“ Memang sikap kalian ceroboh. Tak pernah bisa memilah dengan penuh teliti apa yang ada dibalik kepalsuan dan tak bisa menerawang dibalik ketulusan. Bukankah selama ini kalian telah membiarkan Si Buta itu berjalan ibarat tanpa kaki dan tangan yang dapat menuntunnya dengan baik. Mengapa sekarang justru mencari kambing hitam untuk dijerumuskan ke dalam lubang ke”ceroboh”an kalian. Sebuah kaum yang ingin melihat negerinya maju dan berkembang, hanyalah kaum yang terbuka namun dapat melihat sisi baik dan buruk dari keterbukaan itu. Tak selamanya segala hal yang membuat dirinya transparan mencerminkan wujud nyatanya yang dapat dipandang dalam mata telanjang. Masih banyak yang perlu ditelaah dan difokuskan, tak sekedar berkata “Ya. Dia Sempurna” , tanpa mencari sudut-sudut keganasannya. Mungkin saja suatu ketika dia menerkam dan tak kalian ketahui”, jelasnya.

“Lalu, mengapa kau sendiri tak mau menampakkan wujud aslimu? Apakah terlalu buruk bagi kami untuk mengetahui sebenarnya yang ada dibalik kabut itu? “, tuduhku kembali.

“Jika kau ingin melihat wujud asliku maka berbaliklah dan pandanglah benda bening di balik tubuhmu itu. Sesungguhnya kau akan mendapatkan jawaban atas tanyamu kepadaku”, jawabnya dengan diikuti hembusan angin kencang.

Kemudian aku perlahan membalikkan tubuh dan menatap benda bening yang dikatakannya tadi. Lama kelamaan, benda itu menyerupai sebuah cermin yang begitu besar. Dan disana hanya terlihat sebentuk tubuh tegap dan gagah dengan pakaian lengkap.
Jika dilihat dari fisiknya, dia masih muda dan tak terlihat keriput sedikitpun menggerayangi sekeliling wajahnya.

“Dialah pemuda harapan Negeri!!!”, teriak suara itu lalu menghilang.

ITU KAN AKU”, gumamku sambil memandang sesosok tubuh dalam cermin itu.

Sumber : 'Alam pemikiranku'